Tantangan Pemberian Merek dalam Komunikasi Pemasaran

 
Tantangan Pemberian Merek dalam Komunikasi Pemasaran
Tantangan Pemberian Merek dalam Komunikasi Pemasaran - Dalam pemberian merek suatu produk diperlukan pertimbangan dalam setiap keputusan. Keputusan pertama yang harus diambil adalah apakah perusahaan harus mengembangkan suatu nama merek untuk produknya. Mengapa perusahaan harus memberikan merek untuk produknya? Pertanyaan ini seharusnya dapat dipahami dengan baik oleh pemasar. Kotler (2000:464) menyatakan bahwa merek memberikan beberapa manfaat bagi penjual:
  1. Merek memudahkan penjual memproses pesanan dan menelusuri masalah.
  2. Nama merek dan tanda merek penjualan memberikan perlindungan hukum atas ciri-ciri produk yang unik.
  3. Merek memberikan kesempatan kepada penjual untuk menarik pelanggan yang setia dan menguntungkan. Kesetiaan merek memberikan penjual perlindungan dari persaingan serta pengendalian yang lebih besar dalam perencanaan program pemasarannya.
  4. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar. Daripada hanya menjual satu deterjen saja, P&G dapat menawarkan delapan merek deterjen, masing-masing memiliki formula yang berbeda dan ditujukan ke segmen pasar yang berbeda.
  5. Merek yang kuat membantu membangun citra perusahaan, memudahkan perusahaan meluncurkan merek-merek baru yang mudah diterima oleh para distributor dan pelanggan.
Keputusan kedua adalah pengajuan usulan merek. Dalam hal ini harus diputuskan merek ini sebagai merek produsen, merek distributor, atau merek lisensi. 
 
Keputusan ketiga adalah keputusan nama merek. Kotler (2000:469) menyebutkan terdapat empat strategi yang dapat digunakan:
  1. Nama merek individual.
  2. Nama kelompok digunakan untuk semua produk.
  3. Nama kelompok yang berbeda-beda untuk semua produk.
  4. Nama dagang perusahaan dikombinasikan dengan nama produk individual.
Dalam hal pengajuan usulan merek dan nama merek ini, pemasar harus memahami bagaimana prosedur pengajuan merek seperti tercantum dalam UU No 15 Tahun 2001 tentang Merek yang menyatakan bahwa Merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini:
  • Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau kertertiban umum;
  • Tidak memiliki daya pembeda;
  • Telah menjadi milik umum; atau
  • Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya.
Keputusan keempat berkaitan dengan strategi merek. Terdapat lima pilihan strategi merek yaitu: perluasan lini, perluasan merek, multi merek, merek baru, dan merek bersama. Keputusan kelima adalah keputusan penentuan ulang posisi merek.

Sebaik apapun suatu merek diposisikan dalam pasar, perusahaan mungkin harus menentukan kembali posisinya nanti bila menghadapi pesaing baru atau bila terjadi perubahan preferensi pelanggan. Merek yang berhasil dan mapan di pasar akan memiliki potensi yang besar untuk menghasilkan keuntungan lebih banyak bagi perusahaan. Hal ini dapat terjadi bilamana perusahaan mampu memanfaatkan merek tersebut secara agresif dan terus menerus.

Merek-merek terbaik dapat memberikan jaminan kualitas bagi konsumennya. Merek juga merupakan sebuah janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan gambaran, semangat, dan pelayanaan pada konsumen. Hal yang harus diperhatikan para pemasar adalah bagaimana mengkomunikasikan merek ini supaya reputasi atau citra perusahaan dapat dibangun dengan merek yang kuat.

Merek merupakan masalah utama dalam strategi produk. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat ini, merek memegang peranan yang sangat penting. Perusahaan harus menyadari bahwa kekuasaan pasar justru akan dimiliki oleh perusahaan dengan membangun merek. Merek-merek yang sudah terbangun dengan baik akan mendominasi pasar dan ternyata akan selalu diingat oleh konsumen.

Merek juga menjadi alat komunikasi antara perusahaan dengan konsumennya. Melalui merek maka konsumen mengungkapkan kesadarannya, identitasnya, dan pilihannya. Merek kemudian muncul sebagai objek budaya dan ideologi konsumennya. Keterikatan konsumen dengan merek tidak selalu lagi dalam perspektif manajerial (ekonomi) semata tetapi juga melibatkan aspek emosional. Hal yang harus diperhatikan para pemasar adalah bagaimana mengkomunikasikan merek ini melalui strategi komunikasi pemasaran yang tepat. Untuk melindungi merek, maka perlu kesadaran dari pihak pemasar maupun konsumen. Pemasar hendaknya tidak membuat barang-barang dengan merek palsu, sebaliknya juga konsumen juga jangan mau membeli barang-barang dengan merek palsu. 
 
Demikian penjelasan sejumlah tantangan pemberian merek dalam komunikasi pemasaran, termasuk tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusannya.